Kesulitan ekonomi bagi beberapa orang memang sangat berat dirasakan. Mereka kadang tidak banyak mempunyai pilihan pkerjaan yang sesuai baik ditinjau dari kemampuan modal, keahlian sampai sifat dari orang itu sendiri “MALAS”.
Bagi orang yang punya tendensi “malas” seringkali mengkambing hitamkan kesulitan ekonomi untuk memilih pekerjaan yang sangat mudah dengan penghasilan lumayan…. PENGEMIS.
Hampir setiap hari, tidak kurang 2 sampai 5 orang/hari pengemis datang ke rumah-rumah di kampong tempat saya tinggal, untuk meminta sedekah. Pada mulanya yang ada dibenak ini adalah rasa kasihan melihat kondisi mereka, yang tidak pernah lelah berkeliling kampong dari rumah ke rumah sekedar mengumpulkan recehan rupiah demi menunjang kebutuhan hidupnya.
Sampai suatu ketika terjadi hal yang sempat merubah pandangan saya tentang pengemis (mungkin ini hanya kasus).
Ketika itu haris sudah sore, sekitar jam 4 sore. Saya sedang membersihkan halaman rumah dari tebaran sampah yang sangat megganggu pandangan. Datang seorang wanita, badannya masih cukup sehat dan tidak nampak sebagai seorang pengemis. Setelah meneima uang, orag itu pergi sambil mengucapka terima kasih dan mendoakan semoga memperoleh balasan yang setimpal dari ALLAH Yang Maha Kuasa. Amien….
Saya anggap orang itu sudah pergi berpindah ke rumah tetangga yang lain….. ternyata dia berhenti duduk-duduk dip agar depan rumah saya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah HANDPHONE dari tasnya yang butut, saya cukup terkejut melihat keadaan ini.
Dengan logat Jawa dia menelpon seseorang, begini cuplikan dialognya :
“Le…simbok papagen neng ……………, aku wis kesel, oleh-olehane yow is lumayan kok” (Le –sebutan untuk anak laki-laki jawa – ibu tolong dijemput di ……, saya sudah lelah, pendapatan hari ini lumayan kok).
Tidak lama kemudian, datang seorang anak laki-laki masih muda naik sepeda motor masih cukup baru berhenti di depan rumah, dan ibu tadi lansung membonceng .
Karena penasaran, saya mengambil motor mengikuti ibu dan ana muda tadi, ternyata rumahnya tidak jauh masih dibilangan kota. Yang mengherankan ibu dan anak muda tadi masuk ke sebuah rumah, yang cukup bagus, mungkin pantas untuk rumah pegawai dengan golongan III.
Saya masih dengan rasa penasaran, mencoba menanyakan pada tetangga, apa benar itu rumah ibu yang tadi Pak? Jawabannya sangat mencengangkan saya : kenapa bapak heran? Pekerjaannya memang mengemis Pak, hampir sebagian besar warga disini mencari rejeki dengan menjadi seorang pengemis.
Ya Tuhan…… inikah potret sebagian masyarakat saat ini??? Mudah-mudahan ini hanya sebuah kasus bukan general. Akhirnya pertanyaannya adalah : apakah MENGEMIS sebuah kreatifitas, penipuan atau benar benar cara cepat untuk mengatasi kesulitan ekonomi???
No comments:
Post a Comment